Nasional

Pelajar NU Dingatkan untuk Waspadai Radikalisme Agama dan Sekuler

Jum, 2 Agustus 2019 | 09:45 WIB

Pelajar NU Dingatkan untuk Waspadai Radikalisme Agama dan Sekuler

Anggota MPR RI Zainut Tauhid Sa’adi (Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online
Pengurus IPNU diingatkan agar mewaspadai dua kelompok yang selalu merongrong Pancasila. Kedua kelompok ini, yaitu radikalisme agama dan radikalisme sekuler. Radikalisme agama dilakukan oleh kelompok yang berusaha menggantikan ideologi Indonesia, Pancasila dengan sistem agama secara formal, seperti khilafah. 

Demikian disampaikan anggota MPR RI Zainut Tauhid Sa’adi pada acara Sosialisasi 4 Pilar yang diselenggarakan PP IPNU di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (2/8).

Ia tidak menampik bahwa khilafah merupakan ajaran Islam karena hal itu juga disepakati oleh para ulama, termasuk ulama dari NU dan Muhammadiyah. Namun, sambungnya, sistem yang telah berjalan di Indonesia juga sesuai dengan syariat Islam.

“Ulama-ulama Indonesia berijtihad bahwa republik yang sekarang kita ikuti di Indonesia ini sudah sesuai dengan syariat. NKRI sudah sesuai dengan syariat,” ucapnya.

Negara-negara di Arab juga disebutnya tidak memakai sistem khilafah, seperti Arab Saudi yang menerapkan sistem kerjaan dan Uni Emirat Arab yang memakai sistem keamiran. Ia menegaskan bahwa semua bentuk negara dan sistem pemerintahan suatu negara merupakan hasil ijtihad ulama masing-masing di suatu negaranya.

“Bentuk negara, bentuk pemerintahan ini kan masalah ijtihad. Masalah ijtihad itu artinya memang secara qoti tidak diterangkan di dalam Al-Qur’an dan Hadits,” ucapnya.

Sehingga ulama-ulama boleh menggunakan ijtihad yang sesuai dengan kebutuhan dan kemaslahatan masyarakat Indonesia, dan ulama2 Indonesia telah menetapkan bahwa Negara Repiblik Indonesia dan  Pancasila sesuai dengan syariat Islam

“Jadi jangan kemudian memasakan (menerapkan sistem khilafah, misalnya). Kalau memaksakan yang terjadi konflik. Kalau konflik kita akan bisa menjadi negara-negara seperti di Timur Tengah. Pernag kita,” jelasnya.

Oleh karena itu, sambungnya, semua umat Islam tidak boleh menentang kesepakatan para ulama yang telah menetapkan bahwa Pancasila merupakan ideologi negara.

“Orang Islam itu harus tunduk kepada kesepakatan,” ucapnya.

Tantangan lainnya, yakni radikalisme sekuler. Kelompok yang ignin memisahkan Pancasila dari nilai-nilai agama. 

“Ini juga menjadi satu tantangan yang harus kita hadapi. Sekularisme bentukanya adalah liberalism, bentuknya adalah hedonisme, bentuknya adalah isme-isme yang lain. Itu adalah musuh kita semua,” jelasnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)