Nasional

Pengurus MUI Pusat Kenang Kedermawanan Gus Sholah

Sel, 12 Mei 2020 | 12:30 WIB

Pengurus MUI Pusat Kenang Kedermawanan Gus Sholah

KH Salahudin Wahid Gus Sholah NU merupakan sosok yang mudah membantu dan dermawan

Jombang, NU Online
Almarhum KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur merupakan sosok kiai yang sangat dermawan. Hal ini dibuktikan dengan sikap-sikapnya yang tidak perhitungan saat membantu sesama. Gus Sholah tanpa pikir panjang ketika membantu seseorang, terutama dari sisi finansial.

Salah satu sikap kedermawanannya terekam di benak Ketua Bidang Dakwah MUI Pusat KH Cholil Nafis. Dia menyampaikan ini saat doa dan tahlil online 100 hari wafatnya Gus Sholah bersama keluarga, kerabat, dan Gubernur Jawa Timur, Senin malam (11/5).

"Sejak saya mahasiswa di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, red.) dulu sering konsultasi dengan Gus Sholah. Bahkan penyelesaian S-2 saya itu dibiayai oleh Gus Sholah," katanya saat menyampaikan kenangannya lewat virtual.

Kedekatan dirinya dengan Gus Sholah terbangun cukup lama. Bahkan ia sudah menganggap Gus Sholah tak ubahnya sebagai orang tuanya sendiri. "Gus Sholah Adalah orang tua saya yang kedua secara ideologi perjuangan," ucap pria yang akrab disapa ustaz Nafis ini.

Kedermawanan Gus Sholah juga ia sempat kenang saat dirinya tengah mendirikan pondok pesantren di kediamannya, Depok. Dari awal pondok tersebut dirintis, Gus Sholah selalu mendukung atas perkembangannya pondok itu. Dukungan Gus Sholah tidak hanya secara moral, melainkan juga pendanaan, padahal dirinya mengaku tak pernah meminta.

"Saat saya merintis pesantren di Depok, Gus Sholah tak henti bertanya, bahkan saat kami bertemu di Halim Perdana Kusumah sekitar 40 hari sebelum wafat, saya saat itu nganter anak ke pesantren, beliau juga tanya pesantren, beliau tidak hanya tanya tapi beliau juga bantu dngan dananya sekalian," kenangnya.

Ia menyampaikan, sosok kiai seperti Gus Sholah tentu memikat banyak hati masyarakat. Sehingga saat sudah berpulang, banyak orang yang menangis haru merasakan kehilangan. Banyak hal yang bisa dicontoh dari Gus Sholah, di samping kedermawanannya, kesabarannya, juga keikhlasannya dalam berjuang untuk bangsa dan agama.

"Yang kami bisa teladani salah satunya adalah keikhlasannya, makanya ketika beliau wafat, kita sangat kehilangan," ungkapnya.

Di samping itu ada kenangan lain yang hingga sekarang tidak bisa dilupakan oleh ustaz Nafis. Yakni, masa mudanya saat ingin menikahi sang pujaan hati yang kini menjadi istrinya. Menurut pengakuan dia bahwa ada dukungan dari sosok Gus Sholah. Bahkan ia rela mengantarkannya ke rumah perempuan yang hendak dinikahinya itu.

"Saya ketika menikah dengan istri saya saat itu ketua IPPNU DKI dan saya ketua PMII Jakarta Pusat, yang mengantarkan saya untuk menikah adalah Gus Sholah," tuturnya.

Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Abdullah Alawi