Nasional

Soal Kebudayaan, NU Ambil Jalan Tengah dengan Tindakan Kemanusiaan

Jum, 23 Juni 2023 | 21:00 WIB

Soal Kebudayaan, NU Ambil Jalan Tengah dengan Tindakan Kemanusiaan

Budayawan Taufik Rahzen saat berbicara pada dialog kebudayaan dalam rangka hari lahir Ke-63 Lesbumi NU di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Marzuki, Jalan Rasuna Said, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2023) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Posisi NU dalam kebudayaan mengambil jalan tengah yang dilakukan dengan tindakan kemanusiaan. Hal tersebut diungkapkan oleh Budayawan Taufik Rahzen pada dialog kebudayaan dalam rangka hari lahir Ke-63 Lesbumi NU di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Marzuki, Jalan Rasuna Said, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2023) malam.


Ia menceritakan bahwa ketegangan antara dharma negara dan dharma agama terjadi pada era Medang Kamulan. Maka diambilah jalan tengah yang dilakukan atas dasar tindakan kemanusiaan dan tindakan kebudayaan oleh Dharmawangsa Teguh Anantawikrama dan Dharmawangsa Airlangga. Hal tersebut kenal dengan istilah Dharmawangsa.


"Istilah Dharmawangsa ini yang kemudian menjadi wangsa, kemudian menjadi bangsa, dan ini yang kita gunakan. Anda perhatikan tentang lagu NU itu semua bicara tentang bangsa. Jadi kalau orang-orang NU menggunakan istilah bangsa, itu seperti satu kata kunci utama, kita bisa memahami gerakan-gerakan yang dilakukan," terangnya.


Karenanya, menurut Taufik, ketika terjadi pertarungan politik dan ideologi pada tahun 1960-an dalam kebudayaan, Lesbumi sebagai lembaga kebudayaan NU selalu mengambil jalan tengah yang disebut dengan dharmawangsa.


"Lesbumi kalau kita lihat bukan kiri, bukan kanan, bukan sosialisme, bukan kapitalisme atau bukan radikal, tetapi selalu terdepan. Karena itu tidak mengherankan kalau tiga tokoh pendiri Lesbumi ini baik, Jamaludin Malik, Usmar Ismail, dan Asrul sani mereka orang yang mengambil jalan ke depan dari kegiatan budaya," ungkapnya.


Dari situ, ia menegaskan bahwa NU selalu mentransformasi antara dharma (kewajiban) agama dan dharma negara di dalam satu negara bangsa. "Kalau kita melihat posisi NU dalam kebudayaan itu pada posisi bangsa ini, selalu dia mentransformasi antara dharma agama dan dharma negara di dalam satu negara bangsa," ujarnya.


Lebih lanjut, Taufik mengusulkan agar Lesbumi NU menggunakan tagline merawat bumi merawat jagad. "Sama dengan dulu, ketika Lesbumi didirikan, itu merayakan jagad merayakan teknologi, terutama dalam dunia perfilman, dunia teater, dunia pertunjukan, itu yang menjadi tujuan utama. Kalau sekarang, dibandingkan dengan dulu yah, masalah yang kita hadapi sekarang adalah keruntuhan ekologi, mulai dari perubahan iklim, kemudian perkembangan disrupsi teknologi, dan yang kita tahu sekarang perkembangan dari Artificial Intelligence (AI), perkembangan dari crypto," jelasnya.


Ia berpesan agar perkembangan tersebut tidak perlu ditakuti tetapi harus dihadapi "Tidak perlu khawatir bahwa Lesbumi harus melayani desa atau orang di daerah, dalam naturnya dari dulu, karakter atau platform ekosistem masyarakat Nahdliyin itu dengan sendirinya melayani kebudayaan," pungkasnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Syakir NF