Nasional

UIN Walisongo Semarang dengan Planetarium sebagai Pusat Studi Ilmu Falak dan Destinasi Rekreasi Benda Angkasa 

Sel, 8 Agustus 2023 | 19:30 WIB

UIN Walisongo Semarang dengan Planetarium sebagai Pusat Studi Ilmu Falak dan Destinasi Rekreasi Benda Angkasa 

Bangunan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Jawa Tengah (Foto: walisongo.ac.id)

Semarang, NU Online
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo berada di Kota Semarang, ibu kota Jawa Tengah (Jateng). Secara geografis Kota Semarang berada di kawasan pantai utara Jateng, dapat ditempuh melalui jalur darat dari arah timur dan barat melalui ruas jalan yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Ke-36, Mr Herman Willem Daendels (1808-1811). Jalan sepanjang seribu kilometer ini melintang dari Anyer (Banten) hingga Panarukan (Jawa Timur), populer disebut dengan Jalan Raya Pos (Grate Postweg) atau Jalan Daeandels.

 

Posisi Kampus 1 UIN Walisongo persis berada di sebelah kanan ruas Jalan Deandels yang kemudian disebut dengan Jalan Walisongo jika ditempuh dari arah Jakarta. Hingga sekarang, jalur ini masih menjadi urat nadi jalur perekonomian di Pulau Jawa yang nyaris selama 24 jam kepadatan arus lalu lintasnya tak pernah kendur. Kepadatannya agak berkurang setelah jalur tol Jakarta-Semarang-Solo-Surabaya dioperasikan beberapa waktu lalu. 


Sedangkan jika ditempuh melalui jalur laut, hanya membutuhkan waktu 25 menit begitu kapal laut merapat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Bagi masyarakat yang menempuh perjalanan melalui jalur udara, perjalanan akan diakhiri di Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang, tiga menit menjelang pesawat terbang yang Anda naiki menyentuh landasan, Anda akan dapat menikmati pemandangan laut di sebelah utara Pulau Jawa. Selanjutnya dua menit terakhir burung besi yang Anda naiki berputar-putar mengitari jantung Kota Semarang, kemudian berbelok ke kanan.


Di bawahnya, pemandangan Kota Semarang yang eksotik sudah dapat dinikmati. Kesan yang didapat tentang kota ini menegaskan karakter dua sisi permukiman yang dihuni warga Kota Semarang, yakni permukiman di kawasan pegunungan dan daratan rendah yang oleh para pelancong dari Eropa disebutkan bahwa Semarang bagai Venecia Van Java, perpaduan kawasan perbukitan, dataran rendah yang memiliki garis pantai sebagaimana ditulis di surat kabar harian De Locmotif, terbit di Semarang pada era Pra-Kemerdekaan.

 

Dari Bandara A Yani, hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai di kampus UIN Walisongo yang terbagi dalam tiga kawasan, meliputi Kampus 1 di  Jl Walisongo, Kampus 2 dan Kampus 3 di Jl Prof  Dr Hamka yang dapat ditempuh dalam waktu lima menit dari Kampus 1.


Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof Dr Iman Taufiuq, M.Ag mengatakan posisi kampus yang dipimpinnya sangat mendukung dan nyaman untuk berbagai aktivitas akademik. Kampus 1, meski berbatasan dengan jalur padat lalu lintas tidak terganggu dengan kebisingan arus lalu lintas, karena posisinya di ujung utara kawasan perbukitan Ngaliyan lebih tinggi dari jalur yang dibangun era Daeandels itu. Sedangkan Kampus 2 dan Kampus 3 yang memanjang dari utara ke selatan di atas bukit Ngaliyan tentu tak kalah kenyamanannya untuk aktivitas bagi masyarakat kampus. 


"UIN Walisongo yang diresmikan pada tahun 2015 merupakan kelanjutan dari IAIN Walisongo yang diresmikan pada tahun 1970. Pada awal berdiri hanya memiliki 5 fakutas yang tersebar di beberapa daerah di Jateng, kini memiliki 50 program studi (Prodi). Jenjang studinya mulai dari Strata 1 (S 1), S2 ,hingga S3 yang tergabung dalam 6 fakultas. Lokasinya menyatu di kawasan bukit Ngaliyan," kata Iman Taufiq yang juga Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah.

 

Program studi di bawah Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) meliputi Prodi jenjang S1 yaitu Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhsiyyah), Hukum Pidana Islam (Jinayah), Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah), Ilmu Falak (Astronomi Islam) dan Ilmu Hukum. Sedangkan jenjang S2 meliputi Ilmu Falak.


Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) mengelola Prodi S1: Akidah dan Filsafat Islam, Studi Agama-Agama, Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Tasawuf dan Psikoterapi, dan Ilmu Seni dan Arsitektur Islam. Pada jenjang S2 terdapat Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. 


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FTIK) membawahi Prodi  jenjang S1 Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab, Manajemen Pendidikan Islam, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah (PGMI),   dan  Pendidikan Anak Usian Dini  (PAUD). Sedangkan jenjang S-2 meliputi Pendidikan Agama Islam, dan Manajemen Pendidikan Agama Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) membawahi Prodi S1 Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI), Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Manajemen Dakwah, Pengembangan Masyarakat Islam, dan Manajemen Haji dan Umrah. Sedangkan pada jenjang S2 terdapat Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam.


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) membawahi program Diploma III (D3) Perbankan Syariah, S1 Ekonomi Islam, Akuntansi Syari'ah, Perbankan Syari'ah, dan Manajemen. Sedangkan jenjang S2 memiliki Prodi Ekonomi Syariah. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik  (FISIP) membawahi dua Prodi jenjang S1 meliputi Sosiologi dan Ilmu Politik. Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) membawahi dua Prodi S1 yaitu Psikologi dan Gizi . 


Kemudian, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) membawahi 10 Prodi S1 meliputi Pendidikan Matematika, Pendidikan Fisika, Pendidikan Biologi, Pendidikam Kimia, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Teknologi Informasi, dan Teknik Lingkungan. Sementara Program Pascasarjana jenjang S-3 dengan konsentrasi Studi Islam (Islamic Studies). 

 

Untuk mendukung berbagai aktivitas UIN Walisongo melengkapi diri dengan berbagai unit supporting, yakni Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Satuan Pengawasan Internal (SPI), Perpusatakaan Pusat, Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data, Pusat Pengembangan Bahasa, Pusat Pengembangan Bisnis, Pusat Layanan Interbnsional, Pusat Ma’had Al Jami’ah, Walisongo Mediation Centre (WMC), Pusat Pengkajian Budaya Jawa (PPBJ), Walisongo Halal and Research Centre.


Dalam upaya memenuhi visi sebagai universitas riset terdepan berbasis ilmu pengetahuan, UIN Walisongo selalu berupaya melebarkan sayap jaringan kerja sama dengan berbagai pihak di dalam maupun luar negeri. Mitra mancanegara yang sudah digandeng di antaranya Vrije Universuteit (VU) Amsterdam Berlanda, University of East London Inggris, Sultan Azlan Shah University Malaysia, Institute of France in Indonesia Perancis, Universiti Fatoni Thailand, Chia Nan University Taiwan, Hongfu Technology Taiwan, International Institute  of Islamic Thought (IIIT) Malaysia, Jamiah Islam Syeikh Daud Al Fathan Thailand, Saudi Electronic University, The University of Newcastle Australia, Jiangsu Vocational of Architectural Technology Taiwan, Nanjing University of Information Science & Technology Taiwan, Jawaharlal Nehru University India, Islamic Cultural Cengter (ICC) Iran, dan PCINU Tiongkok.

 

Jika ditelisik sisi akar historisnya, kata Prof Imam, UIN Walisongo yang pada awalnya IAIN ini terdapat sisi yang menarik dan unik. Keberadaan perguruan tinggi ini merupakan sebuah upaya untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat Jateng yang memiliki basis pesantren dan sangat membutuhkan keberadaan perguruan tinggi sebagai saluran studi lanjut para santri setelah menyelesaikan studi di pesantren, sekaligus sebagai lembaga penerus tradisi pesantren.

 

Sementara di sisi lain lembaga perguruan tinggi selalu dituntut melakukan kajian dan diseminasi keilmuan. Dari situlah spirit itu lahir dan berkembang hingga akhirnya terwujud IAIN yang kemudian berkembang menjadi UIN Walisongo yang tiada henti dalam berinovasi dan berkreasi. Tentu para muassis yang terdiri para kia di Jateng saat itu memiliki visi jauh ke depan. Salah satu kiai itu adalah KH Zubair bin Umar al-Jailani Salatiga, Rais PWNU Jateng (1950-1967) dan kemudian menjadi salah seorang Rais PBNU yang menjadi Rektor pertama IAIN Walisongo.

 

Kiai Zubair dikenal sebagai ulama ahli falak yang memiliki reputasi internasional, sebagaimana diungkapkan Kepala Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo KH Syifaul Anam, SHI, MHI. Almarhum Kiai Zubair, kata KH Syaiful Anam, telah mengukir prestasi keilmuan di dalam ilmu falak, melalui kitab karangannya tentang ilmu falak al Khulasatu al Wafiyyah telah lahir ilmuwan-ilmuwan falak dari perguruan tinggi maupun pesantren. Hingga kini kitab itu masih dijadikan rujukan mata kuliah ilmu falak di berbagai perguruan tinggi di timur tengah dan pesantren-pesantren di Indonesia.

 

"Sebagai penghormatan terhadap beliau, nama Kiai Zubair diabadikan untuk nama Gedung Planetarium dan Observatorium yang ada di dalam Kampus 3 UIN Walisongo. Selain itu untuk menandai akar akademik Kiai Zubair di bidang ilmu falak, UIN Walisongo membuka program studi Ilmu Falak mulai jenjang S1 hingga S3. Saat ini hanya UIN Semarang yang memilkiki prodi Ilmu Falak mulai jenjang Sarjana, Magister hingga Doktor," katanya.


Menurutnya, selain difungsikan sebagai pusat studi Ilmu Falak, Planetarium dan Observaturium juga dimaksimalkan untuk destinasi wisata pendidikan, terutama bagi masyarakat yang ingin mengetahui benda-benda angkasa. Hal ini sekaligus sebagai upaya pengenalan dini studi Ilmu Falak kepada masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat terutama para santri dan siswa tingkat lanjutan tertarik untuk mendalami studi Ilmu Falak di UIN Walisongo Semarang. 

 

Planetarium UIN Walisongo, lanjutnya, tercatat sebagai planeturium terbesar pertama se-Asia Tenggara yang dimiliki perguruan tinggi dan terbesar ketiga di dunia, setelah planetarium yang dimiliki University of The Witwateroad South Africa dan Imam Muhammad Ibnu Saud Islamic University Saudi Arabia. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk melanjutkan studi ke UIN Walisongo. Siapa saja bisa datang ke UIN Waklisongo selain untuk berstudi juga bisa berwisata melihat benda-benda angkasa. Planeturium dan Observaturium ini dibuka setiap hari. Para pengunjung bisa menyaksikan pergerakan benda-benda angkasa atau langit.

 

Saat masuk di Planetarium yang konstruksi bangunannya berbentuk bangunan kubah setengah lingkaran, penonton dapat menyaksikan susunan dan gerakan bintang-bintang di langit. Ibaratnya seperti ketika berada di sebuah gedung bioskop untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. 

 

"Bedanya kalau bioskop menggunakan layar lebar, sedangkan planetarium menggunakan kubah dalam bentuk setengah lingkaran sehingga seolah-olah penonton berada di tengah-tengah langit," kata KH Syifaul ​Anam.

 

Bagi Anda yang ingin tahu lebih banyak tentang UIN Walisongo Semarang, dapat mengunjungi situs webnya di alamat walisongo.ac.id