Nasional

Viral Amoeba Pemakan Otak di Korsel, Begini Penjelasan LKPBNU

Kam, 29 Desember 2022 | 19:30 WIB

Viral Amoeba Pemakan Otak di Korsel, Begini Penjelasan LKPBNU

Amoeba pemakan otak yang mengakibatkan korban jiwa di Korea Selatan. (Foto: Ilustrasi)

Jakarta, NU Online
Baru-baru ini viral di media, amoeba pemakan otak yang mengakibatkan korban jiwa di Korea Selatan. Mengutip laman Strait Times, korban tewas adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahun setelah ia kembali dari Thailand pada 10 Desember lalu. Di Thailand, pria malang tersebut menetap selama empat bulan.


Pria tersebut sempat dibawa ke rumah sakit sehari setelah kembali. Namun nyawanya tak tertolong dan meninggal pada Rabu (21/12/2022) pekan lalu. Badan Pencegahan dan Kontrol Penyakit Korea (KDCA) melaporkan telah mengambil tes genetik dan menyimpulkan Naegleria folweri sebagai penyebab kematian pria tersebut.


Tes tersebut mengonfirmasi bahwa gen dalam pria tersebut 99,6 persen mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningitis di luar negeri.


Dokter dari Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKPBNU) dr Syifa Mustika menjelaskan bahwa di Indonesia kasus semacam itu langka. Hanya saja ia mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari berbagai macam virus serta penyakit yang datang silih berganti akhir-akhir ini.


“Kasus jarang banget itu. Tapi, saat ini masyarakat banyak dihadapkan pada tantangan kesehatan yang makin beragam. Usahakan selalu jaga kesehatan dan kebersihan di lingkungan sekitar,” imbaunya.


Tantangan kesehatan yang dimaksud adalah kemunculan virus dan bakteri baru yang selalu bermutasi, kasus resistensi antimikroba yang kian mengancam, serta berbagai gangguan kesehatan. Di sisi lain masyarakat juga masih dihadapkan pada berbagai masalah kesehatan laten, seperti kasus stunting alias gizi buruk yang menimpa satu dari tiga anak di Indonesia, serta masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.


“Tahun ini saja, beberapa penyakit marak ditemukan, seperti hepatitis akut (acute hepatitis of unknown aetiology), cacar monyet (monkeypox), gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA), serta pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir secara faktual,” ungkap Ketua Satgas NU Malang Raya itu.


Tantangan kesehatan tersebut, ucapnya, perlu dipetakan dan diantisipasi. Selain itu, sangat diperlukan ruang diseminasi pengetahuan bagi masyarakat agar mampu lebih memahami permasalahan dan tantangan kesehatan masa depan.


“Intinya selalu waspada terhadap ancaman penyakit. Jangan menunda untuk periksa ke dokter bila memiliki keluhan terhadap kesehatan,” kata dr Syifa.


Apa itu amoeba pamakan otak

Menurut Badan Kesehatan Masyarakat Nasional (CDC) Amerika Serikat, Naegleria adalah jenis amoeba yang hidup bebas dan merupakan organisme hidup bersel tunggal. Amoeba ini berukuran sangat kecil, sehingga hanya bisa diamati dengan mikroskop. Habitat amoeba ini biasa ditemukan di air tawar yang hangat, seperti danau, sungai, dan mata air panas, serta tanah.


Sedangkan Naegleria fowleri adalah satu-satunya amoeba dari spesies Naegleria yang menginfeksi manusia. Amoeba pemakan otak ini ditemukan pertama kali di Australia pada tahun 1965.


Naegleria fowleri menginfeksi orang ketika air yang mengandung amoeba tersebut masuk ke tubuh melalui hidung. Ini biasanya terjadi saat orang tersebut berenang, menyelam, atau saat mereka meletakkan kepala di bawah air tawar, seperti di danau dan sungai.


Usai masuk melalui hidung, amoeba kemudian berjalan ke otak, di mana ia menghancurkan jaringan otak dan menyebabkan infeksi yang menghancurkan yang disebut meningoensefalitis amebik primer (PAM). PAM sendiri hampir selalu berakibat fatal pada korbannya.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin