Nasional

Waketum PBNU Ingatkan Aktivis NU Harus Didik Anaknya Jadi Aktivis NU Juga

Sab, 4 Juni 2022 | 16:23 WIB

Waketum PBNU Ingatkan Aktivis NU Harus Didik Anaknya Jadi Aktivis NU Juga

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Nusron Wahid dalam sebuah acara PBNU. (Foto: Suwitno/NU Online)

Malang, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Nusron Wahid berpesan kepada para aktivis NU dan juga para kiai untuk mempersiapkan putra-putrinya guna meneruskan kiprah di Jamiiyah Nahdlatul Ulama. Jangan sampai menurutnya, putra aktivis NU malah memiliki pandangan berbeda dan berkiprah di komunitas yang bertentangan dengan NU.


“Kita itu kadang-kadang keasyikan mendidik orang, keasyikan ngurusin orang, lupa mendidik anak kita. Karena itu sekarang sudah saatnya anaknya ketua Ansor, anaknya ketua PMII, wajib jadi Ansor, wajib jadi PMII. Jangan sampai anaknya ketua NU, malah bermusuhan dengan NU,” saat hadir pada acara halal bi Halal Ikatan Alumni Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Malang di Universitas Islam Raden Rachmat (Unira) Malang, Jawa Timur, Rabu (1/6/2022).


Terlebih menurutnya, keluarga besar NU saat ini harus menyiapkan diri sebaik mungkin guna memasuki abad kedua umur Nahdlatul Ulama. Dinamika dan tantangan yang akan dihadapi di setiap zamannya menururt Nusron akan berbeda-beda.


Setidaknya menurut pria yang pernah menjadi Ketua umum Gerakan Pemuda Ansor ini, ada tiga hal yang harus dipersiapkan khususnya oleh para generasi penerus NU dalam menghadapi tantangan zaman ini.


Yang pertama adalah melahirkan para kader ulama dan aktivis yang mempertahankan Ilmal Ulama (Ilmu Ulama). Langkah ini menurutnya harus mendapatkan perhatian serius karena saat ini banyak para kiai dan aktivis yang anaknya tidak mengikuti jejak orang tuanya menjadi ulama dan aktivis.


dalam realita, ada saja para generasi yang diharapkan menjadi penerus orang tuanya menjadi aktivis NU, lanjut Nusron, malah berubah amaliah, fikrah, dan harakah yang bertentangan dengan NU setelah merantau kuliah di perguruan tinggi.


Ia berharap ada minimal satu anak dari sekian yang dimiliki mampu meneruskan perjuangan orang tuanya menjadi aktivis NU. Ia juga berpesan kepada para aktivis NU untuk mengirim anaknya ke pesantren untuk mendapatkan pendidikan ahlussunah wal jamaah an-Nahdliyah.


“Untuk menjaga regenerasi ilmal ulama (ilmunya ulama) tadi,” tegasnya dalam acara yang disiarkan oleh kanal Youtube Sembilan ini


Persiapan yang kedua adalah mempersiapkan kader Hikmatal Hukama yang diartikan sebagai pelaksana kebijakan yakni para teknokrat yang menduduki posisi-posisi strategis di tengah masyarakat.


Makanya menurutnya, PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya saat ini mempunyai tekad salah satunya kebangkitan intelektual, kebangkitan teknokrat, dan kebangkitan pengusaha NU.


“Generasi teknokrat tempatnya di mana? Di kampus. Kampus harus melahirkan teknokrat, pesantren melahirkan ulama. Tapi bagaimana ulama dan teknokrat saling kerjasama,” ungkapnya.


Di Indonesia menurutnya ada beberapa sektor yang harus diambil oleh para teknokrat NU dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Sektor tersebut meliputi pertahanan dan keamanan, ekonomi, energi, pangan, kesehatan, pendidikan, manufaktur, logistik, dan transportasi.


Persiapan yang ketiga adalah Shiyasatal Mulk yakni mempersiapkan kader yang berkiprah di dunia politik dan mampu memberi kemaslahatan bagi orang banyak. Di antara kunci kesuksesan semua itu menurutnya adalah disiplin dalam berorganisasi.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan