Nasional

Waspada, ketika Data Jadi 'Agama' Baru di Era Digital

Sen, 2 Januari 2023 | 07:30 WIB

Waspada, ketika Data Jadi 'Agama' Baru di Era Digital

Era digital memberikan dampak positif memudahkan mengakses data atau informasi. Tapi di balik itu tetap harus waspada karena tidak semua data yang diterima benar (ilustrasi). (Foto: NU Online/Freepik)

Bandarlampung,Ā NU Online
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah membawa manusia pada peradaban digital. Sebuah peradaban yang banyak memberi fasilitas dan kemudahan bagi berbagai aktivitas manusia. Peradaban yang di dalamnya terjadi percepatan dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.Ā 


Peradaban digital yang sudah dialami saat ini menjadikan data dan informasi dengan mudah diakses oleh siapapun. Selain itu, data dan informasi juga terus mengalir tanpa henti, tak kenal batas waktu dan tempat. Sehingga, saat ini sudah terjadi fenomena di mana data dan informasi menjadi hal yang vital dan menjadi sumber rujukan utama dari keyakinan dan prinsip seseorang.Ā 


"Di era digital saat ini, data (informasi) jadi 'agama' baru yang menjadi kepercayaan dalam pengambilan tindakan dan kebijakan," kata Ketua PengurusĀ Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan Prof Mohammad Mukri kepada NU Online, Ahad (1/1/2023) malam.Ā 


Selain dampak positif dari peradaban digital yakni berupa kemudahan mengakses data, di balik itu, dampak negatif juga perlu untuk diwaspadai manusia modern saat ini. Semua harus benar-benar waspada dengan data yang masuk tiada henti ke smartphone.Ā 


Menurut Prof Mukri, tidak semua data dan informasi yang masuk di era saat ini boleh dikonsumsi. Semua harus benar-benar ditelaah, diamati, dan ditelisik kebenarannya yang dalam bahasa Al-Qur'an disebut sebagai tabayun (klarifikasi). Tabayun dilakukan dengan memastikan kebenaran sanad (asal muasal), matan (isi), dan rawi (pembawa berita). Hal ini penting karena bagaimanapun data yang dikonsumsi akan berubah wujud menjadi prilaku seseorang.Ā 


"Berawal dari data atau informasi, kemudian berubah menjadi keyakinan atau kepercayaan. Dari keyakinan ini akan menghasilkan tindakan yang kemudian akan berbuah dalam bentuk pengambilan kebijakan yang akan berdampak luas pada orang lain," ungkapnya.


Sehingga sebelum sampai pada kebijakan, setiap individu harus memastikan validitas (kebenaran) dari data yang diterima agar mampu memberi kemaslahatan bagi diri dan orang banyak.Ā 


"Kalau dulu orang sukses dan selamat karena punya banyak data (informasi), tapi saat ini orang yang sukses dan selamat adalah mereka yang bisa memilah dan memilih data (informasi)," jelasnya.


Selain kewaspadaan pada banjirnya informasi, sisi negatif perkembangan data digital saat ini juga berpengaruh pada profesi pekerjaan orang modern. Bagaimana tidak? Keberadaan manusia saat ini sudah nampak tergantikan oleh mesin dengan kecerdasan artifisial. Keragaman jenis profesi di era modern juga terus berkembang dan berubah dinamis.Ā 


"Karyawan banyak digantikan mesin, profesi-profesi tertentu sudah mulai hilang tergerus perkembangan teknologi," tutur pria yang juga Ketua Umum MUI Lampung ini.


Selain itu, ungkap Prof Mukri, masyarakat masih banyak yang tidak berhati-hati dalam aktivitas digital. Masih banyak yang merasa bahwa yang dilakukan di dunia maya tidak terpantau oleh sistem. Padahal segala aktivitas tersebut meninggalkan jejak-jejak digital.Ā 


Karena itu, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar Jawa Timur ini mengingatkan masyarakat untuk hati-hati dalam aktivitas digital. Jika sembrono, maka data-data digital yang dimiliki seseorang bisa dibongkar dan diambil oleh pihak lain untuk kepentingan-kepentingan tertentu.Ā 


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin