Opini

Mengatur Pola Hidup Bermaslahat

Rab, 30 Maret 2022 | 11:00 WIB

Mengatur Pola Hidup Bermaslahat

Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Oleh Chudori Sukra

 

Banyak orang mencoba membangun paradigma baru setelah bertanya-tanya, mengapa kebanyakan orang (bahkan hingga era 1990-an) memiliki perspektif yang hanya bertumpu pada media? Tetapi sekarang, mereka sudah melek segalanya, hingga tak lagi tertambat pada buku-buku cetak, media luring, koran, radio, televisi, bahkan ensiklopedia versi Inggris sebagai satu-satunya rujukan yang dianggap valid.


Walaupun masih ada media di negeri ini yang gemar menggoreng dan mengunyah sejumlah isu (terlebih menjelang pemilu), ledakan ekonomi moneter, omong-kosong selebritas, hingga teater dan panggung politik, tetapi kita memiliki banyak pilihan, sehingga punya energi untuk mengesampingkan segala informasi abal-abal tersebut.


Alternatif lain melalui jaringan internet begitu marak, dan kita berhak untuk memilih informasi yang mana saja. Film dokumenter, siniar, blog, ceramah TED, diskusi, dan segala akses serba terbuka sehingga kita bisa memilah-milah dan merujuk dari sumber mana saja yang lebih akurat dan bertanggungjawab. Kita bisa mengecek sumber berkali-kali sebelum dapat mempercayai informasi apapun, hingga wawasan akan semakin luas, integral dan menyeluruh.


Kalau Anda ingin memperdalam dan memperluas wawasan berbahasa (linguistik) dan bersastra dengan baik, bisa juga mengakses situs luar negeri, misalnya Lingvist, Duolingo, Busuu, dan LiveMocha. Dan Anda tinggal membukanya secara gratis, biarpun belum dinyatakan resmi sebagai "halal" oleh MUI. Why not?


Atau, Anda ingin kuliah dengan gratis? Ngapain juga harus repot-repot pergi ke luar negeri. Bukankah banyak perguruan tinggi yang membuka berbagai jurusan dan penggalian minat dan bakat, seperti MIT dan Stanford yang ikhlas menawarkan kursus daring gratis. Anda juga bisa membuka Coursera dan Udacity, atau bahkan ingin berbagi keterampilan praktis secara langsung dari dan bersama orang lain? Lihatlah video-video swakarya di kanal YouTube, terus berselancar menyaksikan bentuk pelatihan apapun yang disuguhkan dengan gratis.


Sekarang, apa yang Anda inginkan dan harapkan untuk menjadi lebih baik lagi? Kalau selama ini Anda merasa tersesat dan memerlukan pendekatan yang lebih terencana untuk memutar haluan, serta menentukan langkah hidup baru, tinggal klik saja apa yang dibutuhkan. Anda akan terhubung dengan keajaiban-keajaiban dan penyingkapan tabir yang tak terduga!


Apakah Anda ingin memiliki wawasan tentang dunia yang lebih luas? Pengalaman baru yang menggairahkan? Ketentraman batin? Keindahan alam? Wawasan Indonesia dan Nusantara? Mengatur rumah-tangga dan mendidik anak yang baik? Pekerjaan yang lebih dicintai? Lebih produktif dalam berkarya? Memahami agama dengan baik? Mengenal Islam atau Kristen dengan baik? Mempelajari dan mendalami kemauan Tuhan? Mengenal sejarah hidup Muhammad atau Isa Al-Masih? Lalu, sejarah dan asal-muasal kata Allah, dan seterusnya dan sebagainya? Begitu aza kok repot?!


Mencintai pekerjaan

Lalu sekarang, apakah Anda betul-betul sudah serius mencintai pekerjaan Anda? Apakah yang sebaiknya berhenti atau dinyatakan stop sampai di sini? Apakah yang kurang dan mesti dilengkapi? Selidikilah situasi Anda secara kritis dan lihatlah waktu Anda dihabiskan untuk apa selama ini? Apakah hal-hal sederhana, seperti menyedekahkan barang-barang yang tak dipakai sudah Anda lakukan? Buatlah keputusan-keputusan itu sekarang dan mengarahlah kepada pola hidup lebih baik, yang pasti akan berbuah kebaikan juga di masa depan?


Anda layak mendapatkan itu semua. Pastikan bahwa ada cukup slot-slot tanpa rencana di kalendar Anda, atau buang jadwal-jadwal yang tak berguna itu. Perlakukan setiap hari sebagai sebuah petualangan terbuka, atau menulislah tentang hal-hal terbaru yang – kalau perlu – langka dan aneh dalam pandangan banyak orang.


Kalau Anda seorang penulis, jurnalis, dan budayawan, berselancarlah sebanyak mungkin, lalu bandingkan dengan karya-karya terbaik dari dalam dan luar negeri, kemudian pahamilah secara filosofis dalam konteks saat ini. Dan awas, jangan sampai gagal paham lagi!


Jaminkan kehidupan Anda yang singkat ini, bahwa segala hal yang ingin Anda lakukan untuk menghabiskan waktu merupakan hal-hal yang menyenangkan dan menggairahkan, dan lakukanlah dengan cermat dan penuh cinta.


Percayalah, jika Anda sungguh mengharapkan sesuatu terjadi, semesta akan segara menggandeng alam bawah sadar Anda, lalu harapan Anda akan menjelma menjadi kenyataan!


Di sisi lain, Anda perlu cermati. Misalkan Anda sebagai penulis atau sastrawan (terserah senior maupun yunior), bahwa kehidupan baru yang ingin ditempuh ini pasti berliku, berkelok dan penuh batu-batu tajam. Karena itu, tak perlu Anda risau, atau bahkan berpaling menghindari ujian dan cobaan yang menghadang. Juga tak perlu menganggap karya-karya Anda di masa lalu cuma karya sampah yang layak dilempar ke dalam tong.


Tak perlu juga menggolongkannya dalam dikotomi baik dan buruk, putih maupun hitam. Terima saja bahwa semua itu adalah bagian dari fase-fase perjalanan hidup yang membawa Anda pada rencana besar yang sudah dirancang oleh Sang Kreator Kebaikan yang sesungguhnya. Lihatlah semua itu bagaikan tugas-tugas kecil yang akan mengejawantah dalam kebulatan dan keutuhan yang lebih besar dan lebih bermanfaat bagi banyak orang.


Meminjam adagium dari novel Pikiran Orang Indonesia, jika Anda seorang penulis, sastrawan, atau seniman, apa sajakah yang telah Anda tulis dan sumbangkan bagi kemajuan peradaban umat? Apakah Anda tetap bertahan dan ngotot berdalih pada kebebasan berekspresi, bahwa seni adalah untuk seni? Atau kah Anda ingin lebih baik lagi mengguratkan pena demi perbaikan moral bangsa?


Pilihan-pilihan yang Anda tentukan setelah membaca artikel ini, pasti akan melahirkan dampak positif maupun negatif di kemudian hari. Karena itu, tak ada pilihan terbaik kecuali Anda wajib menentukan sesuatu yang akan berdampak positif bagi masa depan Anda dan orang-orang di sekitar Anda! (*)


Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren Riyadlul Fikar, Serang, Banten