Risalah Redaksi

Berjejaring dan Bersinergi untuk Dakwah Digital NU

Ahad, 11 Juli 2021 | 08:30 WIB

Berjejaring dan Bersinergi untuk Dakwah Digital NU

Membuat sebuah situs web saat ini sangat mudah, namun untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan, bukanlah hal yang gampang.

Terdapat ratusan situs web (website) di lingkungan Nahdlatul Ulama yang dibuat oleh PWNU, PCNU, hingga tingkat Ranting NU. Belum lagi yang dibikin oleh lembaga dan badan otonom NU dari tingkat pusat sampai daerah. Jika ditambah dengan situs web pesantren atau situs web milik pribadi yang berafiliasi dengan NU, jumlahnya akan mencapai ribuan. Kondisi ini menunjukkan besarnya ghirah dari para aktivis NU untuk mengembangkan dakwah digital. Hal ini merupakan keniscayaan untuk mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.


Untuk menghasilkan dampak yang maksimal, diperlukan adanya sinergi antara para pengelola situs web tersebut supaya kiat-kiat sukses dapat dengan cepat ditularkan kepada pihak lain dan kegagalan dapat menjadi pelajaran agar tidak terulang kembali. 


Dari pengalaman yang diperoleh NU Online dalam membangun subdomain, yaitu jatim.nu.or.id, jabar.nu.or.id, jateng.nu.or.id, dan banten.nu.or.id, pembentukan jejaring dan penciptaan sinergi benar-benar mampu memberikan nilai tambah dibandingkan jika masing-masing situs web dikelola sendiri-sendiri.


Perjalanan NU Online yang pada Ahad, 11 Juli 2021 tepat berusia 18 tahun dapat menjadi bahan pengalaman untuk membangun sinergi. Situs web di lingkungan NU dapat dengan cepat menyerap pengetahuan dan keahlian yang dimiliki NU Online sehingga mampu berlari dengan kencang. Di antara subdomain, masing-masing pun dapat berbagi pengalaman pengelolaannya. Jadi proses pembelajaran bisa dilakukan secara vertikal dari pengalaman panjang NU Online atau secara horizontal pada sesama pengelola subdomain. 


Terbukti, hanya dalam waktu sekitar satu tahun, maka kualitas situs web subdomain NU Online sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan banyak situs web di lingkungan NU yang dikelola secara mandiri.


Terdapat banyak permintaan dari wilayah atau cabang NU untuk menjadi subdomain NU Online, tetapi diperlukan sejumlah persyaratan untuk memastikan terpenuhinya standar dan terjaganya keberlanjutan pengelolaan situs web tersebut. Penggunaan nama NU Online mensyaratkan agar merek tersebut tetap terjaga kredibilitasnya. Ibarat waralaba minimarket, maka pelanggan akan menemukan standar yang sama di seluruh Indonesia ketika kita berbelanja di sana. Namun demikian, NU Online tetap memberikan dukungan dengan pelatihan menulis, desain, teknologi informasi, tata kelola redaksi, dan lainnya sebagai bagian dari jejaring luas media digital NU.


Membuat sebuah situs web saat ini sangat mudah, namun untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan, bukanlah hal yang gampang. Beberapa kendala yang mesti diselesaikan di antaranya adalah, bagaimana memaksimalkan sumber daya yang terbatas. Untuk tingkat PCNU dan kepengurusan di bawahnya, idealnya hanya ada satu situs web yang digunakan sebagai pusat informasi NU dan organisasi pendukungnya. Namun, terdapat sejumlah PCNU yang lembaga dan badan otonomnya memiliki situs web sendiri-sendiri. Masing-masing butuh pengelola sendiri dengan segmen pembaca yang terbatas. Ada energi besar yang harus dikeluarkan dengan jangkauan pembaca yang kecil. Jika energi tersebut disatukan untuk mengelola satu situs web, maka hasilnya akan jauh lebih maksimal dalam menginformasikan NU.


Tantangan lain adalah pergantian pengelola. Sering kali pergantian kepengurusan NU diikuti dengan pergantian pengelola situs web, bahkan tak jarang, alamat situs webnya juga baru. Hal ini seperti memulai dari nol lagi. Padahal dibutuhkan keahlian yang diperoleh dengan berproses sebagai seorang jurnalis untuk menjadi andal. Jika setiap lima tahun pengelola situs web berganti, maka kemajuannya akan lambat.


Tantangan terbesar adalah soal pendanaan. Untuk menghasilkan situs web yang baik dibutuhkan sumber daya yang baik, karena itu dibutuhkan dana yang mencukupi. Persoalan pendanaan ini bukan hanya dihadapi oleh situs web berbasis ormas, tetapi juga media umum mengingat belum ada model bisnis yang pas. Pada masa lalu, media cetak mengandalkan pendapatannya dari iklan, namun dalam format digital, iklan dikuasai oleh grup Google dan Facebook. Media lokal hanya mendapatkan sisanya yang kemudian diperebutkan oleh sedemikian banyak situs web mengingat mudahnya membuat sebuah situs web.


Idealnya, situs web yang berbasis ormas dapat memperoleh dukungan pendanaan dari masyarakat atau komunitasnya, namun hingga kini masyarakat lebih suka menyumbang untuk dakwah dengan pola konvensional. Saat ada peringatan Maulid Nabi, Isra Mi’raj, atau hari besar Islam lainnya, masyarakat Muslim berbondong-bondong memberikan sumbangan, tapi untuk memberikan sumbangan guna pengembangan dakwah digital, belum banyak yang menjadikannya sebagai prioritas.


Sebagai contoh, untuk menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi, dapat satu acara bisa menghabiskan puluhan hingga ratusan juta rupiah dengan jangkauan jamaah yang terbatas, yang mungkin saja hanya ratusan atau ribuan orang. Tetapi dengan format digital, jumlah uang yang sama mampu menjangkau ratusan ribu hingga jutaan orang. Dalam hal ini masih perlu adanya edukasi masyarakat soal efektivitas dakwah digital.


Selama 18 tahun perjalanannya, NU Online telah belajar banyak hal dan kini dalam posisi sebagai situs web ormas nomor satu di Indonesia yang dipercaya sebagai rujukan informasi ke-NU-an dan keislaman. Pengalaman dan pelajaran yang telah diperoleh ini akan dikembangkan untuk membangun jejaring media NU yang hebat. Supaya NU tidak menjadi mercusuar yang bersinar terang di ketinggian, tetapi sendirian. NU Online mungkin lebih pas diibaratkan sebagai lokomotif yang akan membawa gerbong panjang media-media digital NU dalam jalan dakwah Islam rahmatan lil alamiin.  (Achmad Mukafi Niam)