Risalah Redaksi

Membangun Hubungan Erat Seluruh Tingkatan Kepengurusan NU

Ahad, 23 Januari 2022 | 16:00 WIB

Membangun Hubungan Erat Seluruh Tingkatan Kepengurusan NU

Keberadaan pengurus PBNU yang berasal di berbagai daerah, diharapkan mampu menginspirasi dan menggerakkan NU di tempat asalnya masing-masing. (Ilustrasi: NU Online)

Muktamar ke-34 NU di Lampung akhir Desember 2021 lalu diikuti oleh perwakilan sah dari 548 pengurus wilayah dan cabang dari seluruh Indonesia serta cabang istimewa yang tersebar di berbagai negara. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dalam pengumuman struktur kepengurusan NU periode 2022-2027 menyampaikan keinginannya untuk dapat menjangkau seluas-luasnya konstituen NU. Ia memiliki visi untuk mempererat hubungan dengan seluruh struktur NU.

 

Dengan demikian, jika ketua umum ingin mengunjungi secara langsung masing-masing kepengurusan tersebut satu setiap harinya tanpa berhenti dalam satu tahun, termasuk ketika hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan perayaan penting hari keagamaan atau nasional, maka dibutuhkan waktu 1,5 tahun. Tentu saja, hal tersebut sangat sulit untuk dilaksanakan.

 

Dalam upaya untuk membangun hubungan erat dengan struktur di berbagai tingkatan, jumlah pengurus PBNU periode ini sedikit lebih gemuk dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dalam struktur tanfidziyah terdapat 4 wakil ketua umum dan 27 ketua berbanding dengan 1 wakil ketua umum dan 17 ketua pada kepengurusan periode 2015-2020. Salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam menyusun kepengurusan adalah representasi kedaerahan yang mewakili seluruh Indonesia. Para pengurus NU yang merupakan tokoh di masing-masing daerah diharapkan menjadi penghubung atau konsolidator.

 

Sebenarnya, teknologi komunikasi digital seperti internet, media sosial, video conference, dan lainnya membantu memudahkan komunikasi. NU juga telah memanfaatkan teknologi tersebut untuk menjalankan organisasi, meskipun pertemuan langsung dan hubungan pribadi tetap merupakan faktor yang sangat penting. Kualitas pertemuan secara langsung belum dapat digantikan oleh teknologi.

 

NU tetap berdiri kokoh hingga menjelang usia satu abad ini salah satunya adalah karena adanya hubungan yang erat dan jejaring yang kuat di antara para pengurusnya. Generasi awal para pendiri NU adalah para santri KH Cholil Bangkalan. Selain itu, para tokoh utama para muassis NU, yaitu KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri juga terhubung dalam ikatan kekerabatan.

 

Jejaring alumni pesantren dan hubungan kekerabatan tetap menjadi faktor penting NU hingga kini. Para pengurus NU merupakan alumni berbagai pesantren besar yang kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Jika dianalisis lebih dalam, para pengurus NU, baik yang ada di pengurus besar maupun di wilayah dan cabang, banyak sekali yang saling terhubung dalam ikatan persaudaraan. Pertumbuhan perguruan tinggi dan munculnya organisasi mahasiswa juga menjadi sumber rekrutmen aktivis dan pengurus NU yang menopang pergerakan organisasi. Hal ini menjadi modal dasar yang baik, namun jika organisasi ingin berkembang dengan baik, maka perlu tata kelola yang baik.

 

Tata kelola yang baik meliputi adanya berbagai aturan organisasi yang dilaksanakan dengan baik. Pandangan para pengurus terhadap visi, misi, nilai, dan tujuan organisasi juga mesti selaras. Berbagai latar belakang sumber rekrutmen pengurus NU kemudian dalam sepuluh tahun terakhir ini disolidkan dan diselaraskan pandangannya dalam pengaderan melalui wadah Pendidikan Kader Penggerak NU (PKPNU) dan Madrasah Kader NU (MKNU).

 

Keberadaan para pengurus PBNU yang berada di berbagai daerah ini merupakan upaya untuk menguatkan proses soliditas organisasi supaya lebih kokoh ke depan untuk menghadapi kompleksitas masalah yang semakin hari semakin rumit. Era kebebasan memberi peluang baru bagi organisasi-organisasi transnasional untuk berkembang di Indonesia. Mereka mempromosikan ideologi yang belum tentu selaras dengan pandangan kebangsaan. Solidnya NU di seluruh tingkatan akan mampu menjaga ideologi bangsa.

 

Representasi pengurus dari seluruh wilayah di Indonesia ini sekaligus untuk mengakselerasi perkembangan NU supaya dapat mengejar capaian di basis-basis NU seperti di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kemandirian merupakan tema penting yang dibahas dalam muktamar NU di Lampung akhir Desember 2021 sehingga sangat penting untuk diterjemahkan dalam berbagai program di seluruh Indonesia.

 

Pada wilayah yang sudah mapan seperti di Jawa Timur dan Jawa Tengah, organisasi sudah berjalan dengan baik. Bahkan, banyak kepengurusan di tingkat MWCNU yang sudah memiliki kantor sendiri. Di tingkatan ranting NU, gerakan organisasi berjalan dengan baik seperti pengumpulan Koin NU yang bisa mencapai lima juta per ranting per bulan.

 

Namun demikian, kondisi NU di daerah tertentu, yang mana komunitas NU tidak mayoritas atau bahkan Muslim tidak menjadi mayoritas, maka menggerakkan roda organisasi tidaklah gampang. Pada daerah-daerah tersebut, mungkin kepengurusan di tingkat PCNU pun belum punya kantor yang dimiliki sendiri. Para pengurus pun hanya sibuk ketika ada konferensi cabang, pelantikan, setelah itu kantor sepi aktivitas. Tentu sangat disayangkan jika pola-pola seperti itu terus terjadi.

 

Keberadaan pengurus PBNU yang berasal di daerah tersebut, diharapkan mampu menginspirasi dan menggerakkan NU di tempatnya masing-masing. Para pengurus PBNU di berbagai lokasi merupakan tokoh-tokoh dengan kualifikasi nasional. Mereka telah malang melintang dalam berbagai posisi yang pengalamannya dapat digunakan untuk membesarkan NU. Jejaring yang mereka miliki di tingkat nasional juga menjadi modal penting untuk membesarkan organisasi.

 

Yang menjadi tantangan adalah, sebagian pengurus PBNU yang berada di daerah merupakan orang-orang sibuk dengan jabatan tertentu. Ada yang menjadi birokrat, rektor, pimpinan organisasi tertentu, atau posisi penting lainnya. Komitmen kepada NU mesti ditunjukkan. Jangan sampai mengurusi NU hanya menjadi prioritas keempat, kelima, atau bahkan setelahnya; jangan sampai posisinya di NU sekadar untuk mengamankan posisi dan sebagai tangga pengembangan karier pribadi. (Achmad Mukafi Niam)