Daerah

‘Padasan’ Menebar Kebaikan Sekaligus Pertahankan Kearifan Lokal

Sel, 21 April 2020 | 03:30 WIB

‘Padasan’ Menebar Kebaikan Sekaligus Pertahankan Kearifan Lokal

Prosesi sebelum mengirim bantuan padasan ke sejumlah masjid dan mushala oleh MWCNU Krembung, Sidoarjo. (Foto: NU Online/istimewa)

Sidoarjo, NU Online
Para leluhur telah memberikan teladan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Bahwa tersebarnya penyakit termasuk virus Corona antara lain disebabkan oleh kegagalan diri dan anggota masyarakat dalam menjaga kebersihat tersebut.
 
Dan salah satu warisan para sesepuh adalah ‘padasan’ yaitu tempayan dari bahan tanah liat yang berisi air di depan rumah. Biasanya diletakkan di luar pagar sebelum masuk ke pekarangan rumah. Keberadaannya menjadi bagian tidak terpisahkan bagi sejumlah rumah di kawasan Jawa di periode awal. Dan saat ini sudah tidak ada lagi. 
 
Kalau mau melakukan introspeksi diri, situasi dan kondisi saat ini yakni Wabah Corona Virus Deases (Covid-19) yang sampai masih menjadi topik hangat di media baik di dalam maupun media internasional, membuat beberapa instansi, lembaga dan beberapa organisasi turut bergerak menunjukkan kepeduliannya dalam mengemban misi kemanusiaan. 
 
Gerakan penyemprotan disinfektan yang masif dilakukan di sejumlah kawasan di Tanah Air, pembagian sabun tangan cair, masker dan sejenisnya adalah ikhtiar yang harus dilakukan dalam upaya meredam peredaran virus Corona.  
 
Bahkan terkait hal ini telah menjadi perhatian badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO). Karena itu, di antara saran yang diberikan adalah rajin mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri.
 
Secara khusus dianjurkan mandi dan mengganti pakaian setelah dari luar rumah, sebelum berinteraksi dengan keluarga. Tujuannya agar virus atau bakteri yang menempel di tubuh dan pakaian tidak ikut terbawa masuk sehingga meminimalisasi penyebaran virus Corona kepada anggota keluarga.
 
 
Berbagi Padasan
Jauh sebelum wabah Covid-19 melanda negeri, nenek moyang Indonesia memiliki kearifan lokal yang sudah ada sejak lama diajarkan  yaitu dengan menyediakan padasan.
 
Kata orang kuno, padasan berarti gentong atau tempayan berisi air yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), padasan artinya tempayan yang diberi lubang pancuran untuk keluarnya air, biasanya juga digunakan untuk berwudhu. Di masa lalu padasan difungsikan untuk membersihkan diri, seperti mencuci tangan, kaki, dan membasuh muka.
 
Bahwa ada hikmah di balik musibah khsusunya terkait peredaran virus Corona ini. Kebaikan yang dapat dipetik dan berikutnya ditindaklanjuti adalah yang dilakukan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Krembung Sidoarjo, Jawa Timur.
 
Lewat Satuan Tugas (Satgas) NU Peduli Covid-19 dan NU Care Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) dengan membagikan padasan.
Pada pertengah bulan ini, Satgas telah membagikan Padasan dan sabun cair tangan atau handshoap kepada 35 masjid dari 19 Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) yang ada di MWCNU Krembung. 
 
Fahrizal Muafi selaku Ketua Tim Satgas NU Krembung mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari bakti NU peduli terhadap Covid-19.
 
"Pada agenda pertama kita melakukan penyempurnaan tempat ibadah yakni 35 masjid, 297 mushala, 83 TPQ dan madrasah diniyah serta 35 lembaga di nauangan LP Ma’arif NU dan 6 pesantren,” katanya. Sedangkan agenda berikutnya adalah pembagian padasan dan sabun tangan cair kepada 35 masjid se-wilayah MWCNU Krembung, lanjutnya.
 
Sementara Ketua MWCNU Krembung H Suyanto mengucapkan terima kasih kepada seluruh badan otonom dan lembaga, termasuk pengurus Ranting dan LAZISNU yang sudah bekerja sama dengan baik. 
 
"Terima kasih kepada semua jajaran MWCNU, Banom, lembaga, dan PRNU termasuk LAZISNU, sehingga Satgas NU Peduli dapat menjalankan tugas dan berkontribusi memberikan manfaat sebesar-besarnya di tengah Pandemi Covid19 ini," kata Abah Yanto, sapaan akrabnya.
 
HM Burhanuddin Mulyono menyampaikan bahwa LAZISNU siap memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, termasuk pemberian padasan yang sebenarnya mengajari hidup bersih dan suci.
 
"Kami ingin seperti orang terdahulu atau nenek moyang kita dengan menjaga kearifan lokal, bahkan Panglima Sudirman punya amalan menjaga wudhu. Setiap singgah di suatu daerah, maka di situlah dibuatkan padasan untuk hidup suci dan bersih,” ungkapnya. 

Manfaat Padasan
Narwan selaku guru di Kabupaten Magelang Jawa Tengah menjealaskan  bahwa dulu hampir semua masyarakat perdesaan menyediakan padasan di depan rumah. Selain gentong atau tempayan yang diberi lubang, terkadang ada padasan yang dilengkapi dengan gayung berbahan tempurung kelapa atau batok. Gayung tadisional itu dalam bahasa Jawa biasa disebut siwur.
 
Tak jarang padasan diletakkan di pinggir jalan, dengan maksud agar siapa pun yang membutuhkan air bisa mengambilnya sesuai keperluan. Seperti pejalan kaki dan orang-orang yang lewat bisa memanfaatkan air di dalam padasan itu.
 
Di saat musim hujan, air di dalam padasan bisa digunakan untuk mencuci bagian kaki yang terkena cipratan air kotor. Alas kaki juga biasanya sekalian dicuci agar ketika masuk ke dalam rumah tidak membawa kotoran.
 
Sementara pada musim kemarau, padasan biasanya digunakan untuk membasuh muka orang-orang yang lewat. Setidaknya dapat memberi kesegaran saat cuaca panas. Apabila air isi padasan benar-benar bersih dan aman diminum, pengguna dengan cuma-cuma bisa langsung meminumnya sebagai pelepas dahaga.
 
Nilai luhur dari nenek moyang itulah yang hendak diangkat kembali oleh MWCNU Krembung dengan membagi beberapa padasan. Sebuah ikhtiar yang layak ditiru, imbas dari merebaknya virus Corona.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR