Internasional

Ulama dan Aktivis Pakistan Pelajari Moderasi Beragama dan Demokrasi ala Indonesia

Rab, 24 Januari 2024 | 17:30 WIB

Ulama dan Aktivis Pakistan Pelajari Moderasi Beragama dan Demokrasi ala Indonesia

Suasana acara refleksi moderasi beragama dan demokrasi Indonesia di Auditorium National Book Foundation, Islamabad, Pakistan pada Selasa (23/1/2024). (Foto: dok. PCINU Pakistan)

Jakarta, NU Online

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Islamabad, Pakistan, bersama International Research Council of Religion Affair menyelenggarakan acara bertajuk Reflection on Indonesian Model of Religious Moderation and Democracy atau Refleksi Moderasi Beragama dan Demokrasi Indonesia. 


Acara ini diadakan dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap model moderasi agama dan demokrasi Indonesia yang digelar di Auditorium National Book Foundation, Islamabad, Pakistan pada Selasa (23/1/2024).
 

Selain itu, acara ini digelar sebagai bentuk refleksi dan testimoni dari ulama-ulama Pakistan yang berkunjung ke Indonesia pada akhir Desember 2023 lalu. Sebanyak 14 delegasi ulama Pakistan menyaksikan langsung budaya agama di Indonesia melalui kunjungan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kementerian Agama (Kemenag), Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, dan Kampung Toleransi Bandung.


Perwakilan dari KBRI Islamabad yang juga sesepuh PCINU di Pakistan Rahmat Hindiarta mengatakan bahwa acara tersebut merupakan wujud diplomasi budaya moderasi agama Indonesia kepada negara Islam lainnya. 


"Ini merupakan bentuk soft diplomacy dengan mengedukasi SDM melalui pemahaman budaya dan pemikiran Islam Indonesia," kata Rahmat dalam keterangannya kepada NU Online, Rabu (24/1/2024).


"Kita tidak sanggup menggelontorkan dana jutaan dolar seperti China maupun Arab Saudi, tapi kita mampu mengedukasi SDM yang ada dengan mempelajari budaya dan berbagi pemikiran Islam yang ada di Indonesia. Ini merupakan bentuk soft diplomacy (diplomasi lunak) dengan mengekspor moderation thought (pemikiran moderat) kepada Pakistan,” lanjutnya.


Dalam acara ini, Rais Syuriah PCINU Pakistan Badat Alauddin dan Ketua PCINU Pakistan Tata Aunyrahman berdialog dengan beberapa delegasi yang hadir untuk membahas kemungkinan kerja sama ke depan antara NU dan NGO di Pakistan.


“Rencananya, akan mengadakan konferensi dan diskusi bersama ulama serta aktivis untuk mengangkat pentingnya moderasi agama dalam negara dengan mayoritas Muslim dan perlindungan terhadap agama minoritas supaya tidak ada kesenjangan sosial di masyarakat berkaca pada Indonesia sebagai role model (teladan),” ungkap Badat.
 

Ulama Pakistan bersama perwakilan PCINU Pakistan

Pada kesempatan tersebut, Chairman of Islamic Ideology Council (Ketua Dewan Ideologi Islam) Qibla Ayaz, menyampaikan kekagumannya terhadap keberagaman budaya agama di Indonesia. 


"Saya terkejut dengan budaya orang Indonesia yang menggunakan bedug untuk memanggil shalat sebelum adzan dikumandangkan. Ini merupakan perpaduan seni dan budaya yang indah asal Indonesia," ujarnya.


Beenish, seorang aktivis perempuan Pakistan yang turut dalam delegasi, menyampaikan kekagumannya terhadap pendidikan pondok pesantren Islam di Indonesia yang memadukan ilmu sains dan Islam dalam satu kelas campuran putra dan putri. 


"Kami tidak mendapati hal ini di Pakistan untuk instansi pendidikan Islam," ungkapnya.
 

Delegasi lainnya, Israr Ahmad, bahkan menuliskan buku tentang Mengenal Lebih Dekat Budaya serta Moderasi Islam di Indonesia. Ia mengaku terkagum dengan budaya Islam di Indonesia dan menilai penting untuk diceritakan kepada masyarakat Pakistan.


“Ini harus dikenal dan diceritakan ke semua orang di Pakistan,” ujarnya.