Nasional

60 Tahun, YKMNU Maksimalkan dan Perluas Layanan Kesejahteraan Sosial Indonesia

Ahad, 11 Juni 2023 | 13:00 WIB

60 Tahun, YKMNU Maksimalkan dan Perluas Layanan Kesejahteraan Sosial Indonesia

YKMNU saat Rapat Pleno VI Periodik VII di gedung Panti Asuhan Harapan Remaja (PAHR) Rawamangun, Jakarta Timur pada Selasa (29/11/2022). (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdlatul Ulama (YKMNU) genap berusia 60 tahun pada 11 Juni 2023. Perangkat Muslimat NU ini lahir dalam rangka membangun kesejahteraan sosial Indonesia.


Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU sekaligus Ketua Badan Pembina YKMNU Hj Khofifah Indar Parawansa menyampaikan agar YKMNU dapat terus memaksimalkan seluruh layanannya, baik dari sisi kesehatan dengan kliniknya ataupun sosial dengan pantinya.


Sejalan dengan itu, Ketua Umum YKMNU Hj Endang Sulistinah Umar Wahid menyampaikan bahwa 60 tahun YKMNU terus berupaya untuk memperluas layanan untuk kesejahteraan sosial masyarakat. Upaya ini terus dilakukan melalui pendirian YKMNU di hampir seluruh wilayah di tingkat provinsi dan lebih dari 160 cabang kabupaten/kota.


“Yang kita ingin ke depan semua kabupaten, kota, dan wilayah ada YKMNU-nya. Yang sudah ada (YKMNU), punya layanan. Yang sudah ada rumah sakit, klinik, panti asuhan ya lebih baik. Yang belum ada (layanan), harus berusaha mempunyai layanan apapun bentuknya,” katanya kepada NU Online, Ahad (11/6/2023).


Sekecil apa pun, setidaknya ada kegiatan layanan yang secara konsisten dan simultan, terus-menerus dilakukan. Sebab, ia menyadari tidak mudah untuk membuat layanan dalam bentuk rumah sakit atau panti asuhan.


“Kita menekankan (YKMNU) yang baru, yang belum ada layanan, tidak mudah untuk membuat panti, rumah sakit. Tapi apa pun kegiatannya yang bersifat sosial kesehatan itu tugas kita, perangkatnya Muslimat NU. (Layanan) itu harus ada. Targetnya, semua, sekecil apapun, paling tidak ada rintisannya,” tutur Endang.


Tidak harus rumah sakit atau panti, ia menegaskan bahwa santunan untuk membantu biaya sekolah 10 anak secara konsisten dan terus-menerus sudah merupakan bentuk layanan.


“Di perangkat itu, (kegiatan) yang dilakukan terus-menerus, bukan insidentil. 50 ribu (Rupah) terus menerus itu boleh saja. Kesehatan kita bikin Posyandu lansia atau anak yang mengurus kesehatannya itu sudah kita sebut layanan. Kita apresiasi supaya ada pekerjaannya,” ujar Endang.


Bagi cabang atau wilayah yang sudah memiliki layanan, diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas layanannya. “Yang sudah mantap dengan kegiatan panti maupun rumah sakit tetap diusahakan hidup dan memberikan manfaat dan mudah-mudahan lebih baik manajemennya, mutunya, dan layanannya,” katanya.


“Kita perlu mendorong (YKMNU) yang belum punya layanan untuk mempunyai layanan (kesejahteraan sosial),” lanjut istri dokter Umar Wahid ini.


Pelatihan pengurus dan relawan
Lebih lanjut, Endang menyampaikan bahwa dorongan kepada cabang dan wilayah itu tidak hanya dalam bentuk imbauan. Tetapi, juga melalui berbagai pelatihan yang diberikan kepada para pengurus dan relawan. “Kita pada waktu Covid, kita mudah membuat pembinaan bagi daerah, mutunya dan lain-lain,” ujarnya.


Ketika pemerintah menaruh perhatian khusus pada penurunan angka stunting, YKMNU juga melakukan gerakan itu. Salah satunya dilakukan melalui peminjaman inkubator secara gratis. Sampai saat ini, sudah ada 50 inkubator di sejumlah kota yang bisa dipinjamkan.


“Kalau tidak tertangani dengan baik, bayi prematur perkembangannya lambat. Kalau orang tuanya diedukasi, anaknya diinkubasi, pertumbuhannya lebih cepat,” ujarnya.


Penurunan angka stunting juga diupayakan melalui bantuan pemberian vitamin A dan obat cacing ke daerah-daerah yang belum terjangkau. “Kita membantu mana daerah yang belum terjangkau. Tidak 100 persen anak balita mendapatkan itu. Ada titik yang belum tersentuh,” katanya.


Sebagai informasi, di harlah ke-60 ini, YKMNU mengangkat tema Mewujudkan Layanan Muslimat NU yang Profesional, Unggul, dan Berdedikasi.


Sekretaris Umum YKMNU Hj Ariyana Wahidah menyampaikan bahwa giat YKMNU merupakan bentuk Khidmah Muslimat terhadap negara dan bangsa. Dalam berkhidmah ini juga, menurutnya, harus dilakukan secara total.


“Jangan karena sukarela lalu kerja asal-asal. Justru kerja ikhlas adalah berbuat yang terbaik untuk Allah (lillahi ta'ala). Apalagi mengelola panti asuhan anak yatim itu pekerjaan besar menyangkut masa depan generasi bangsa,” katanya.


Ia menegaskan bahwa kerja ikhlas dilakukan dengan upaya terbaik, menjalankan tugas dan tanggung jawab secara profesional. Dari kerja profesional itu lahir karya unggul, anak-anak keluaran panti yang hebat, rumah sakit berstandar, dan hasil terbaik lainnya.


“Semua kita jalankan dengan penuh dedikasi dalam rangka menjalankan amanah para pendiri,” ujar Ariyana.


Tema ini juga diplih karena harapan untuk dapat mewujudkan layanan YKMNU yang unggul nan berdaya saing. YKMNU sudah 60 TH makin kokoh ditandai dengan kian luas jangkauan wilayah dan makin bertambah banyak jumlah panti dan klinik yang dikelolanya, serta masyarakat yang memperoleh manfaatnya.


Ariyana menyampaikan bahwa YKMNU saat ini mengelola 110 klinik dan rumah sakit, 149 panti asuhan, dan 50 inkubator yang bisa dipinjamkan secara cuma-cuma untuk ibu yang melahirkan bayi prematur. Hal tersebut tersebar di seluruh Indonesia.


Dalam memperingati harlah ke-60, YKMNU menggelar ziarah para pendiri di Jakarta pada awal Juni 2023 dan di Jombang, Jawa Timur, pada 11 Juni 2023. Kemudian, YKMNU juga akan memberikan apresiasi kepada para relawan terbaik pada 22 Juni 2023 mendatang.


Pendiri dan ketua umum
Dikutip dari Pengabdian Emas 50 Tahun Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdlatul Ulama (2013), YKMNU merupakan perangkat Muslimat NU yang berdiri pada 11 Juni 1963. Yayasan ini didirikan oleh lima orang, yakni (1) Nyai Hj Solichah Wahid Hasyim, (2) Nyai Hj Solihah Saifuddin Zuhri, (3) Nyai Hj Soetarijah Rachmat Mulyomiseno, (4) Nyai Hj Madillah Himpuni Suparman, dan (5) Nyai Hj Aisyah Hamid Baidlowi.


Adapun Ketua Umum YKMNU dari masa ke masa adalah sebagai berikut. 
1.    Nyai Hj Solichah Wahid Hasyim (1963-1994);
2.    Nyai Hj Madillah H Suparman (1994-2000);
3.    Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid (2001-2017); dan
4.    Nyai Hj Endang Umar Wahid (2017-sekarang).


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori