Nasional

9 Amalan yang Dianjurkan di Malam Takbiran hingga Esok Lebaran

Kam, 20 April 2023 | 18:30 WIB

9 Amalan yang Dianjurkan di Malam Takbiran hingga Esok Lebaran

Ilustrasi idul fitri. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) mengajak umat Islam untuk menghidupkan malam takbiran atau malam Hari Raya Idul Fitri sampai keesokan harinya dengan amalan-amalan yang dianjurkan. 


Gus Fahrur kemudian menyebutkan beberapa amalan-amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan seorang Muslim di malam takbiran sampai tiba hari lebaran. 


"Ya ada beberapa amalan yang dianjurkan. Jauhi berfoya-foya dan berbuat maksiat di hari lebaran," kata Gus Fahrur, dihubungi NU Online, Kamis (20/4/2023). 


Berikut amalan-amalan yang dianjurkan untuk dilakukan pada malam takbiran sampai hari lebaran:


1. Menghidupkan malam hari raya dengan amalan sunnah

Anjuran Gus Fahrur yang pertama ini, sesuai dengan pandangan Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin dalam kitab Busyral Karim, dikutip Wakil Sekretaris LBM PBNU Ustadz Alhafiz Kurniawan dalam tulisan berjudul Ini Cara Syar'i Hidupkan Malam Idul Fitri.


"(Kita) dianjurkan untuk menghidupkan dua malam Id sekalipun jatuh pada hari Jumat dengan pelbagai jenis ibadah seperti sembahyang, tadarus, atau zikir berdasarkan hadits, ‘Siapa yang menghidupkan dua malam Id, maka Allah akan menghidupkan hatinya pada hari di mana hati manusia mati.’ Kesunahan itu dianggap memadai dengan menghidupkan hampir semalam suntuk ibadah, dengan sembahyang Isya dan Subuh berjamaah, atau bahkan sekadar sembahyang Subuh berjamaah,” demikian penjelasan Syekh Sa'id bin Muhammad Ba'asyin.


2. Memperbanyak takbiran

Di malam hari raya, kata Gus Fahrur, hendaknya setiap Muslim mengumandangkan takbir sebanyak-banyaknya. Sebab hal ini sangat dianjurkan untuk dilakukan.  


Dilansir NU Online dalam artikel berjudul Hukum dan Macam Bacaan Takbir Hari Raya disebutkan bahwa anjuran memperbanyak membaca takbir atau lazim disebut takbiran ini datang dari Rasulullah dalam sebuah haditsnya.

 
 زينوا اعيادكم بالتكبير


"Hiasilah hari raya kalian dengan memperbanyak membaca takbir."


Juga sabda Nabi Muhammad:


 اكثروا من التكبير ليلة العيدين فانهم يهدم الذنوب هدما 


"Perbanyaklah membaca takbiran pada malam hari raya (fitri dan adha) karena hal dapat melebur dosa-dosa."


Berikut lafal takbiran yang singkat dan lebih umum:


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ  


Allahu akbar (3x), laa ilaaha illallaahu wallahu akbar, allahu akbar wa lillahil-hamdu


3. Mandi sunnah Idul Fitri

Gus Fahrur menyarankan umat Islam untuk mandi sunnah Idul Fitri. Sebab setiap Muslim, laki-laki dan perempuan, bahkan perempuan yang tengah haid dan dalam keadaan nifas, disunnahkan untuk mandi sunnah Idul Fitri. Kesunnahan ini juga berlaku bagi yang tidak menghadiri shalat Idul Fitri, seperti orang sakit. 


Di dalam artikel NU Online berjudul Kesunnahan saat Idul Fitri dan Penjelasannya diuraikan bahwa waktu mandi sunnah ini dimulai sejak tengah malam Idul Fitri sampai tenggelamnya matahari di keesokan harinya. 


Menurut Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam kitab Tuhfah al-Habib ‘Ala Syarh al-Khathib, mandi sunnah Idul Fitri ini lebih utama dilakukan setelah terbit fajar.


Ini lafal niat mandi sunnah Idul Fitri:


 نَوَيْتُ غُسْلَ عِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى


Nawaitu ghusla 'idil fithri sunnatan lillahi ta'ala


 “Aku niat mandi Idul fitri, sunnah karena Allah ta'ala."


4. Berhias memakai pakaian yang bersih


Gus Fahrur menjelaskan, amalan sunnah yang juga sangat dianjurkan untuk dilakukan pada saat hari lebaran Idul Fitri adalah berhias dan memakai pakaian yang bersih.


Hal itu sebagaimana pendapat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin dalam Busyral Karim, dikutip Wakil Sekretaris LBM PBNU Ustadz Alhafiz Kurniawan dalam tulisan berjudul Keharusan Berpakaian Baru dan Dresscode Lebaran di Hari Raya.


"Seseorang dianjurkan mengenakan wewangian dan berhias sebagaimana keterangan telah lalu pada bab Jumat. Tetapi di sini seseorang dianjurkan mengenakan pakaian terbaiknya meskipun bukan warna putih. Tetapi ketika pakaian putih dan bukan berwarna putih sama baiknya, maka mengenakan pakaian putih lebih utama di hari Id. Hari Id berbeda dengan hari Jumat. Maksud hari Id adalah menampakkan nikmat Allah. Karenanya mengenakan pakaian terbaik itu lebih utama. Sedangkan tujuan hari Jumat adalah menampakkan kesempurnaan karena itu mengenakan pakaian putih itu yang terbaik. Tetapi orang yang duduk (tidak keluar rumah untuk sembahyang Id) dan orang yang keluar menuju sembahyang Id juga dianjurkan untuk mandi, berhias, dan mengenakan wewangian,” demikian penjelasan Syekh Sa'id bin Muhammad Ba'asyin.


5. Berjalan menuju tempat shalat Id

Amalan sunnah berikutnya, lanjut Gus Fahrur, adalah berjalan kaki menuju tempat shalat Id. Amalan ini sesuai dengan pendapat Sayyidina Ali yang dikutip Ustadz M Mubasysyarum Bih dalam tulisan berjudul 8 Kesunnahan saat Idul Fitri dan Penjelasannya.


 مِنْ السُّنَّةِ أَنْ يَخْرُجَ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا


“Termasuk sunnah Nabi adalah keluar menuju tempat shalat Id dengan berjalan." (HR al-Tirmidzi dan beliau menyatakannya sebagai hadits Hasan)


Sementara Syekh Zakariyya al-Anshari daam kitab Asna al-Mathalib menyatakan, bagi orang yang tidak mampu berjalan kaki seperti orang tua dan orang lumpuh, maka diperbolehkan untuk menaiki kendaraan. Demikian pula boleh kepulangan dari shalat Id dilakukan dengan tidak berjalan kaki.


6. Makan sebelum berangkat ke tempat shalat Id

Gus Fahrur mengajak umat Islam agar juga melakukan amalan sunnah makan terlebih dulu sebelum berangkat ke tempat shalat Id.


Di dalam artikel NU Online berjudul Disunnahkan Makan Sebelum Shalat Id dijelaskan bahwa ada hadits yang menjadi dasar kesunnahan makan sebelum menuju tempat shalat Id. Hadits ini ditulis oleh Imam Jalaludin As-Suyuthi di dalam kitab Al-Jâmi’us Shaghîr.


كَانَ لَا يَغْدُو يَوْم الْفطر حَتَّى يَأْكُل سبع تمرات 


"Rasulullah tidak pergi untuk melakukan shalat Idul Fitri sampai beliau memakan tujuh buah kurma.”


Dalam riwayat lain disebutkan:


كانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يغدو يومَ الفِطْرِ حتى يأكلَ تَمَرَاتٍ، ويأكُلُهنَّ وِترًا 


"Rasulullah tidak pergi untuk melaksanakan shalat Idul Fitri sampai beliau memakan beberapa butir kurma. Beliau memakannya ganjil."


7. Menunaikan zakat fitrah

Menunaikan zakat fitrah sebelum shalat Id, kata Gus Fahrur, merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan. 


Dilansir NU Online dalam tulisan Kapan Batas Akhir Pembayaran Zakat Fitrah? dijelaskan bahwa sejak malam takbiran sampai pagi sebelum shalat Idul Fitri merupakan waktu yang disunnahkan untuk membayar zakat fitrah.


"Pembayaran zakat fitrah sebelum shalat Id lebih utama. Hikmah di balik itu bertujuan agar orang fakir yang menerimanya tidak melalaikan shalat Id karena sibuk mengemis untuk mencukupi kebutuhannya," demikian penjelasan Syekh Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki dalam kitab Ibanatul Ahkam.


8. Bersedekah semampunya

Gus Fahrur menekankan agar pada saat Hari Raya Idul Fitri, umat Islam dapat melakukan amalan sunnah dengan bersedekah semampunya. 


Terdapat setidaknya 5 faidah bersedekah yang akan mendapatkan pahala berlipat ganda, sebagaimana diungkap Imam As-Suyuthi dalam kitab Khumasi dan dikutip Sayyid Abdurrohman bin Muhammad dalam kitab Bughyatul Musytarsyidin. Pendapat ini tertulis di artikel NU Online berjudul 5 Manfaat Shadaqah menurut Imam as-Suyuthi.


Faidah bersedekah itu adalah (1) pahala 10 kali lipat yaitu bersedekah kepada orang yang sehat wal afiyat; (2) pahala 90 kali lipat yaitu bersedekah kepada orang buta dan yang terkena musibah; (3) pahala 900 kali lipat yaitu bersedekah kepada kerabat yang membutuhkan; (4) pahala 100 ribu kali lipat yaitu bersedekah kepada kedua orang tua; (5) pahala 900 ribu kali lipat yaitu bersedekah kepada ulama atau fuqaha.


9. Bersilaturrahim

Terakhir, Gus Fahrur menyebutkan bahwa amalan sunnah yang dianjurkan dalam Hari Raya Idul Fitri adalah bersilaturahim. Satu sama lain saling berkunjung dan saling menyampaikan ucapan selamat hari raya. 


Sebab terdapat 10 keutamaan silaturahim sebagaimana diungkap oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam kitab Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan berjudul Ini 10 Keutamaan Silaturahim.


Di antara keutamaan itu adalah (1) mendatangkan ridha Allah; (2) membuat kerabat yang dikunjungi merasa bahagia; (3) membuat bahagia malaikat karena malaikat menyukai orang yang menjaga silaturahim; (4) menciptakan kesan baik atau positif dari orang yang beriman terhadap mereka yang melakukan silaturahim; (5) membuat hati dan pikiran iblis resah karena mereka menginginkan perpecahan umat Muslim; (6) memberi keberkahan umur; (7) rezeki bertambah berkah; (8) membuat bahagia orang tua, kakek, dan nenek yang sudah wafat, karena mereka senang mengetahui keturunannya menjaga silaturahim; (9) menambah kewibawaan atau kehormatan bagi orang yang menjaga silaturahim; (10) menambahkan pahala setelah orang yang menjaga silaturahim wafat karena para kerabat menyebut kebaikannya saat masih hidupnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad