Achmad Mukafi Niam
Penulis
Depok, NU OnlineĀ
Hari raya Idul Fitri merupakan momentum untuk melakukan silaturrahmi kepada keluarga dan kerabat, namun tempat-tempat wisata yang malah ramai dikunjungi masyarakat. Maka muncullah pertanyaan, apakah masyarakat saat ini sudah semakin individualis sehingga lebih memilih pergi ke tempat wisata dibandingkan bertemu keluarga?
Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi NU) M Jadul Maula menyampaikan pada dasarnya masyarakat Indonesia tetap menjalankan silaturrahmi, tetapi juga pergi ke tempat wisata. Jadi dua-duanya tetap berjalan.Ā
āBersilaturrahmi dan berwisata tidak saling meniadakan, tetapi saling melengkapi. Wisata menumbuhkan perputaran ekonomi masyarakat dan dapat mengakrabkan anggota keluarga yang ikut berwisata,ā paparnya.Ā
Baca Juga
Hukum Menukar Uang saat Lebaran
Dijelaskannya, silaturrahmi keluarga tetap menjadi bagian penting bagi masyarakat Indonesia. Buktinya, jutaan orang mudik setiap Idul Fitri, bahkan saat pandemi Covid-19 masih menakutkan dua tahun lalu.
āMudik tentu saja faktor pendorongnya untuk bertemu dengan orang tua dan saudara,ā katanya Sabtu (8/5/2022).
Namun diakuinya, bahwa level silaturrahmi yang dijalani masyarakat saat ini semakin terbatas pada keluarga inti, bukan lagi pada kerabat keluarga besar sebagaimana tradisi yang berjalan sebelumnya. Kondisi ini merupakan bagian dari perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern.
āJadi modernitas membawa perubahan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat, dan terutama yang paling terguncang nilai-nilai keluarga,ā jelasnya.
Ia menggambarkan perubahan tersebut seperti truk yang turun dari atas bukit tanpa rem. Akibat tekanan yang kuat, semakin ke bawah, dorongan tersebut semakin kuat sehingga menciptakan perubahan mendasar. Di negara-negara Barat, nilai-nilai keluarga telah mengalami perubahan sedemikian rupa akibat modernitas tersebut.Ā
Di Indonesia, gejala menguatnya individualisme juga terjadi akibat tekanan ekonomi dan munculnya industrialisasi beserta spesialisasinya. Namun, ikatan keluarga terbukti tetap ada dengan bentuk kuatnya tradisi mudik atau halal bihalal.
āFenomena seperti mudik sebetulnya sifatnya universal lintas budaya dan lintas agama. Namun tidak sekuat di Indonesia,ā imbuhnya.
Terkait dengan perubahan zaman yang sifatnya merupakan kemestian saat ini sedang terjadi proses negosiasi untuk mencari titik temu antara nilai-nilai baru dengan tradisi lama. Salah satu bentuk inovasi silaturrahmi yang belakangan marak adalah buka puasa bersama yang mempertemukan sesama profesi, komunitas, atau jejaring sosial lainnya. Pada masa lalu, belum ada tradisi buka puasa bersama.Ā
Selama libur Idul Fitri, lokasi-lokasi wisata di seputar Jakarta mengalami lonjakan pengunjung. Kawasan Puncak mengalami kemacetan parah setiap harinya, namun hal ini tidak mengurangi minat masyarakat untuk berwisata di daerah tersebut. Taman Impian Jaya Ancol juga dipadati pengunjung. Kondisi serupa dialami tempat wisata di berbagai wilayah Indonesia.Ā
Pewarta: Achmad Mukafi Niam
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Hasil Sidang Sengketa Pilpres 2024: Seluruh Permohonan Anies-Muhaimin Ditolak MK
2
Ini Profil Delapan Hakim MK yang Putuskan Sengketa Pilpres 2024
3
Apa Itu Dissenting Opinion dan Siapa Saja Hakim yang Pernah Melakukannya?
4
Sidang Putusan MK, Berikut Petitum Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud
5
Lolos Perempat Final Piala Asia U-23, Lawan Berat Menanti Timnas Indonesia
6
Terkait Hasil Pemilu, PBNU Serukan Patuhi Putusan Mahkamah Konstitusi
Terkini
Lihat Semua