Warta HASYIM CERAMAH DI NEW YORK

Ungkap Perbedaan Ulama dan Cendekiawan

Rab, 13 Februari 2008 | 05:43 WIB

New York, NU Online
Apa perbedaan antara ulama dan cendekiawan? Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi punya jawabannya.

Di hadapan muslim Indonesia di Amerika Serikat (AS), Hasyim menjelaskan, ulama cenderung lebih cerdik dan efektif dalam berdakwah. Segala persoalan umat yang rumit dapat dijelaskan dengan cara yang mudah kepada umat dan bisa dicarikan solusinya.<>

“Ulama cenderung menjelaskan hal yang sulit dengan cara yang mudah. Sedangkan cendekiawan, cenderung menjelaskan hal yang mudah dengan cara yang sulit,” ungkap Hasyim dalam ceramahnya di Masjid Al-Hikmah, New York, AS, Jumat (8/2) lalu. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online di New York, Joko Sumiyanto.

Menurut Presiden World Conference on Religions for Peace itu, dalam dakwahnya menyebarkan Islam, ulama masa lampau, selalu mencoba memahami apa yang dibutuhkan umat. Agama, bagi para ulama masa lalu, bukan masalah utama.

“Mereka sudah tahu agama yang dianut masyarakat kala itu adalah Hindu. Tetapi, yang ditanyakan adalah apa kebutuhannya,” terang Hasyim yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, itu.

Ia menambahkan, tidak pernah ada perintah bahwa seluruh umat manusia harus memeluk Islam. Dan, memang tidak demikian misi Islam itu dijalankan. Melainkan, bagaimana menempatkan Islam pada tempatnya.

“Tidak cukup kita hanya mengerti dan menjalankan Islam, tetapi kita tahu bagamana cara menempatkannya. Hanya Allah yang berwenang ‘meng-install’ hidayah kepada manusia. Bukan juga tugas Rasulullah,” papar Hasyim.

Dalam pengajian umum yang juga dihadiri sejumlah pejabat Konsulat Jenderal RI di New York itu, Hasyim menerangkan, setengah permasalahan bangsa Indonesia bakal selesai bila pemimpinnya tak terpecah-belah. Sedangkan, permasalahan lainnya dapat diselesaikan rakyat sendiri.

Ia mencontohkan upaya pemberantasan korupsi di Tanah Air yang dinilai masih tebang pilih dan sistem hukum yang belum berpihak pada rakyat kecil. “Pemberantasan korupsi masih ditujukan kepada pelaku korupsi skala kecil. Sementara, yang besar masih bebas berkeliaran. Demikian juga pelaku pemberantasan korupsi ternyata tidak bersih dari korupsi,” ungkapnya. (rif)